Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan
psikologi belajar tertentu. Dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan tentang
belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara
pesat.
Beberapa aliran psikologi pendidikan :
a. Psikologi Behavioristik
b. Psikologi Kognitif
c. Psikologi Humanistik
Beberapa aliran psikologi pendidikan :
a. Psikologi Behavioristik
b. Psikologi Kognitif
c. Psikologi Humanistik
Ketiga aliran psikologi pendidikan diatas tumbuh dan berkembang
secara beruntun. Dalam setiap perkembangan aliran psikologi tersebut,
maka munculah teori-teori belajar. Teori-teori yang ada dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Teori-teori belajar dari Psikologi Behavioristik
b. Teori-teori belajar dari Psikologi Kognitif
c. Teori-teori belajar dari Psikologi Humanistik
a. Teori-teori belajar dari Psikologi Behavioristik
b. Teori-teori belajar dari Psikologi Kognitif
c. Teori-teori belajar dari Psikologi Humanistik
A. Teori-teori belajar dari Psikologi Behavioristik
Dikemukakan oleh para ahli psikolog behavioristik. mereka sering disebut “contemporary behaviorist”. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reiforcement) dari lingkungan.
Ciri-ciri belajar dengan “trial and error learning” yaitu :
Dikemukakan oleh para ahli psikolog behavioristik. mereka sering disebut “contemporary behaviorist”. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reiforcement) dari lingkungan.
Ciri-ciri belajar dengan “trial and error learning” yaitu :
- Ada motivasi pendorong aktivitas
- Ada berbagai respon terhadap situasi.
- Ada eliminasi respon-respon yang gagal.
- Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Aliran psikologi yang mendasari teori belajar antara lain :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
- Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori
belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip
kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut
Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method),
metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi
(The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori
pengurangan dorongan.
0 comments:
Posting Komentar