Kenapa
kurikulum harus berubah ? demikian pertanyaan yang kerapkali
dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang
terjadi di Indonesia. Jawabannya pun sangat beragam, bergantung pada
persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing. Sepanjang sejarahnya,
di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada kesan di
masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”.
Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum)
dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan
dan perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan
konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum yang berskala
nasional memang kerapkali mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan,
mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung resiko yang
sangat besar, apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan
dalam waktu yang singkat serta tanpa dasar yang jelas.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan
kurikulum pada tingkat sekolah justru perlu dilakukan secara terus
menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara
radikal dan menyeluruh, namun bergantung kepada data hasil evaluasi.
Mungkin cukup hanya satu atau beberapa aspek saja yang perlu dirubah.
Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali
diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan
kurikulum di sekolah sangat mungkin diawali dengan “keterpaksaan” demi
mematuhi ketentuan yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan
mungkin saja belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata
sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh model kurikulum yang sesuai,
tentunya dibutuhkan perbaikan – perbaikan yang secara terus-menerus
berdasarkan data evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model
kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kondisi nyata
sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan
janggal, kalau saja suatu sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP
hingga ke depannya tidak pernah melakukan perubahan-perubahan apapun.
Hampir bisa dipastikan sekolah yang demikian, sama sekali tidak
menunjukkan perkembangan alias stagnan.
Oleh karena itu, dalam rangka menemukan
model kurikulum yang sesuai di sekolah, seyogyanya di sekolah dibentuk
tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas untuk memanage
kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk
petugas khusus yang menangani kurikulum (biasanya dipegang oleh wakasek
kurikulum). Namun pada umumnya mereka cenderung disibukkan dengan tugas
-tugas yang hanya bersifat rutin dan teknis saja, seperti membuat
jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang bersifat
rutin lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi serta mengembangan kurikulum yang lebih inovatif tampaknya
kurang begitu diperhatikan.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di
sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum mungkin akan jauh lebih
terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh
lebih efektif dan efisien.
0 comments:
Posting Komentar