
“Mereka (pemerintah) punya metode. Tapi saya juga punya metode.
Sekarang menurut mereka itu yang terbaik, ya mungkin memang baik. Tapi
tidak mungkin akan baik untuk semuanya,” kata Yohannes, Jumat
(1/7/2011) di Jakarta.
Semua itu dikatakannya bukan tanpa landasan. Setidaknya ia telah
menerapkan metodenya, yaitu metode Gasing (gampang, asyik, dan
menyenangkan) kepada ribuan anak-anak di daerah, misalnya di Wonosobo
dan pedalaman Papua. Berdasarkan penelitiannya, dalam waktu yang
relatif cepat, anak-anak menjadi cepat mengerti dan “kecanduan”
Matematika karena Gasing menggunakan konsep yang berbeda.
Meski begitu, ia tak ingin menyalahkan pihak mana pun. Menurut dia,
setiap metode pembelajaran Matematika pasti akan mempunyai kelemahan
tersendiri.
“Jadi ada beberapa metode saya yang baik digunakan di Indonesia
timur, tetapi tidak baik untuk pusat. Tidak bisa satu metode itu baik
untuk semua,” tandasnya.
Ke depan, setelah berhasil diterapkan di daerah Indonesia timur, ia
berharap Gasing dapat dimodifikasi dan diterapkan di daerah lainnya.
“Setiap orang punya pandangan masing-masing. Pembuat kurikulum tak bisa
disalahkan, mereka pakar pendidikan. Hanya memang perlu metode yang
berbeda,” tambahnya.
0 comments:
Posting Komentar